Ambon Mencekam, Bentrokan Di Pawai Obor Pattimura
Ambon kembali mencekam pasca bentrokan yang terjadi saat pawai iring iringan obor Pattimura melewati perbatasan desa Batumerah-Mardika. Bentrokan terbaru Ambon ini terjadi pada pukul 05.00 WIT, bermula dari ribuan iring-iringan massa yang membawa obor Pattimura sampai di Mardika, tetapi tidak tahu apa sebabnya ada yang sengaja melemparkan batu ketengah tengah iringan tersebut. Untuk mencegah aksi susulan aparat TNI dan Polri telah menyiagakan 2 buah panser dan sebuah water cannon untuk menghalangi massa.
Sebelum obor Pattimura sampai di Desa Batumerah obor tersebut diestafet. Sebelum obor dibawa ke Ambon, para Latupatti berkumpul di Baileo (rumah Adat) desa Haria untuk bersulang tuak sebagai lambang persaudaraan serta membacakan 17 pasal keberatan rakyat yang berisi protes atas pemaksaan kehendak penjajah Belanda. 17 pasal keberatan itu merupakan hasil rumusan Pattimura bersama para pahlawan saat pertemuan akbar di puncak Gunung Saniri.
Obor tersebut kemudian diseberangkan dari Pulau Saparua dengan menggunakan kapal perang dan tiba di pelabuhan Tulehu, PUlau Ambon, pukul 23.00 WIT., kemudian diarak secara estafet dengan dengan delapan desa-kelurahan, hingga tiba di kawasan Pattimura Park.
Para pemuda yang berada di setiap kawasan yang dilewati obor wajib berkumpul di batas kampung kampung untuk menunggu kedatangan pemuda yang membawanya, kemudian dilarikan secara estafet menuju desa lainnya. Pada setiap desa disiapkan lima orang pemuda yang bertugas membawa dan mengawal obor, sedangkan sisanya mengiringi dengan tarian Cakalele selama perjalanan.
Sebanyak 240 pemuda dari delapan desa di Ambon bergantian membawa obor secara estafet, dan saat tiba kawasan Pattimura Park, obor tersebut diterima Wali kota Ambon, Richard Louhenapessy dan kemudian menyerahkannya kepada Upulatu (pimpinan tertinggi) Karel Albert Ralahalu guna menyulut obor utama yang berada di tengah kawasan Pattimura, sekaligus menandai dimulainya upacara peringatan.
0 komentar:
Posting Komentar