Tibet : Akhirnya Ditemukan Ulat Ajaib Obat HIV/AIDS

Dalam bahasa Tibet ini disebut Yartsa Gunbu yang artinya "Rumput musim panas, Ulat musim dingin". Makhluk ini sebenarnya adalah larva ngengat hantu yang hidup di dalam tanah dan terinfeksi spora jamur parasit Ophiocordyceps sinensis. Jamur ini menggerogoti tubuh sang ulat dan hanya menyisakan rangka luar yang utuh. Kemudian saat musim semi tiba, mekarlah batang cokelat atau stroma yang tumbuh di kepalanya. Hal ini hanya terjadi di padang rumput pegunungan tinggi yang subur di Dataran Tinggi Tibet dan Himalaya.

Selama berabad-abad Yartsa Gunbu dipercaya merupakan ramuan ajaib untuk keperkasaan dan kesehatan. Hal ini pertama kali didapati dari penulusuran naskah kuno Tibet diabad 15 yang berjudul "Samudra Kenikmatan" yang secara umum membahas sebuah pusaka yang menghasilkan manfaat dan kekuatan yang tak terbayangkan. Penggunaannya relatif mudah, hanya dengan didihkan beberapa batang dengan teh ataupun dimasak dengan sup bebek makanya semua penyakit akan hilang (setidaknya begitu kata merka).

Yartsa Gunbu
Hal ini tentu memacu perekonomian masyarakat Tibet, karena harga jual untuk satu kilogram dapat mencapai 475 juta rupiah. Benda ini menjadi simbol pesta-pesta besar dan merupakan hadiah yang paling sering diberikan kepada para pejabat. Akibat dari tingginya harga jual yartsa ini, memicu perebutan lahan panen yang mengakibatkan beberapa pencurian dan pembunuhan. Pemerintah seempat hanya memperbolehkan lahan yartsa dipanen oleh warga setempat yang memiliki izin. Tentu hal ini membuat beberapa orang mencari jalan pintas untuk mendapatkan yartsa. Di Chengdu, Provinsi Sichuan, seorang pencuri pernah menggali sebuah terowongan yang tembus kesebuah toko yang menjual yartsa, dimana ia berhasil menggondol barang senilai lebih dari 14 milliar rupiah.

Para pemburu jamur Yrtsa Gunbu
Beberapa penelitian, yang sebagian besar dilakukan di China, mengungkapkan bahwa jamur itu memang mengandung zat peningkat sistem kekebalan tubuh yang dikenal sebagai beta-glucan dan zat antivirus yang bernama cordycepin. Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa obat itu dapat membantu meringankan banyak penyakit yang selama ini dianggap dapat diobatinya, termasuk bronkitis, asma, diabetes, hepatitis, kolesterol tinggi, dan lemah syahwat. Namun, para pengkritik mengatakan bahwa penelitian tersebut hanya dalam skala kecil dengan metodologi yang dipertanyakan.

Brent Bauer, Direktur dari Complementary and Integrative Medicine Program di Mayo Clinic, sebuah badan yang meneliti obat-obatan herbal secara mendalam mengatakan bahwa sebuah uji klinis dalam skala besar yang menggunakan yartsa gunbu kualitas terbaik ternyata tidaklah menunjukkan dampak positive yang signifikan, setidaknya dalam metodologi sains modern.

Seorang pengkonsumsi yartsa mengaku ia bisa merasakan efek ulat itu. Dia mengatakan obat itu meningkat­kan semangat dan membangkitkan “energi kehidupan”—yang dikenal di China sebagai qi (diba­ca chi). Namun, energi aktualnya bisa saja berbeda.





0 komentar:

Posting Komentar